Novel non fiksi adalah salah satu genre sastra yang memiliki daya tarik tersendiri. Sebagai karya tulis yang berdasarkan pada kisah nyata, novel non fiksi mampu memukau pembaca dengan mengangkat tema-tema kehidupan yang memotivasi, menyentuh, dan menginspirasi.
Sejarah mencatat bahwa novel non fiksi telah memberikan kontribusi besar bagi perkembangan sastra dan pemikiran manusia.
Oleh karena itu, melalui artikel ini, kami akan membahas tentang asal-usul, perkembangan, serta contoh-contoh karya novel non fiksi yang patut diapresiasi.
Dengan membaca artikel ini, diharapkan pembaca dapat memahami lebih dalam tentang keistimewaan dan pentingnya karya sastra non fiksi dalam menghadirkan kisah-kisah nyata yang dapat mengubah pandangan hidup kita.
Pengertian Novel Non Fiksi
Novel non fiksi adalah sebuah karya sastra yang berdasarkan pada kisah nyata atau fakta yang terjadi di dunia nyata.
Dalam novel non fiksi, penulis menceritakan kisah tersebut dengan mengandalkan bukti-bukti atau sumber-sumber yang benar-benar dapat dipercaya.
Biasanya, genre ini ditulis dengan menggunakan gaya sastra yang menarik dan mengalir sehingga mampu memukau pembaca.
Novel non fiksi sering kali mengangkat tema-tema kehidupan, seperti sejarah, biografi, memoar, ilmu pengetahuan, sosial, dan budaya.
Sejarah mencatat bahwa novel non fiksi telah memberikan kontribusi besar bagi perkembangan sastra dan pemikiran manusia, karena mampu memberikan inspirasi, motivasi, dan wawasan baru bagi pembacanya.
Dalam keseluruhan, novel non fiksi adalah sebuah genre sastra yang sangat penting dan memiliki nilai yang sangat tinggi bagi perkembangan sastra dan kehidupan manusia.
10 Contoh Novel Non Fiksi
Berikut adalah beberapa contoh novel non fiksi yang patut untuk dibaca. Karya-karya ini merupakan bukti bahwa genre ini mampu menghadirkan kisah-kisah nyata yang memotivasi, menginspirasi, dan memperkaya pengetahuan pembaca.
Dari sejarah, biografi, memoar, hingga ilmu pengetahuan, setiap karya memiliki pesona dan keunikan tersendiri yang mampu membuat pembaca terpukau.
1. “The Immortal Life of Henrietta Lacks” karya Rebecca Skloot
“The Immortal Life of Henrietta Lacks” adalah sebuah novel non fiksi karya Rebecca Skloot yang diterbitkan pada tahun 2010.
Novel ini mengangkat kisah nyata Henrietta Lacks, seorang wanita kulit hitam yang sel-selnya diambil tanpa sepengetahuannya dan digunakan untuk penelitian medis selama beberapa dekade.
Sel-sel Henrietta dikenal sebagai “HeLa” dan telah menjadi bahan penting dalam penelitian medis, termasuk pengembangan vaksin polio dan terapi kanker.
Dalam novel ini, Rebecca Skloot melakukan investigasi selama lebih dari 10 tahun untuk menemukan siapa Henrietta Lacks dan keluarganya, serta bagaimana sel-selnya digunakan dalam penelitian medis.
Skloot juga menyoroti isu-isu etika dan privasi dalam penelitian medis, serta memperlihatkan dampak yang dirasakan oleh keluarga Henrietta Lacks atas pengambilan sel-sel tersebut.
“The Immortal Life of Henrietta Lacks” telah menjadi buku laris dan menjadi bahan diskusi dalam bidang etika dan ilmu pengetahuan.
Karya ini tidak hanya memberikan wawasan tentang sejarah medis dan etika, tetapi juga mengangkat kisah keluarga Henrietta Lacks yang inspiratif dan berjuang untuk mendapatkan hak-hak mereka dalam penggunaan sel-sel HeLa.
2. “Into Thin Air” karya Jon Krakauer
“Into Thin Air” adalah sebuah novel non fiksi karya Jon Krakauer yang diterbitkan pada tahun 1997.
Novel ini mengisahkan pengalaman Krakauer saat ia bergabung dalam ekspedisi naik ke puncak Gunung Everest pada tahun 1996 yang berakhir dengan bencana yang menewaskan delapan pendaki.
Dalam novel ini, Krakauer memberikan deskripsi yang mendetail tentang persiapan dan perjalanan ke puncak Everest, termasuk tantangan fisik dan mental yang dihadapi oleh pendaki.
Ia juga membahas isu-isu yang berkaitan dengan bisnis komersial di Everest dan konflik antara panduan dan pendaki.
Bencana yang terjadi di Everest pada tahun 1996 adalah salah satu bencana terburuk dalam sejarah pendakian gunung dan telah memicu banyak diskusi tentang risiko dan etika pendakian.
“Into Thin Air” memberikan sudut pandang yang sangat pribadi dan intensif mengenai pengalaman Krakauer dalam ekspedisi tersebut serta memberikan pembaca wawasan tentang dunia pendakian gunung dan konsekuensinya. Novel ini menjadi buku laris dan meraih banyak penghargaan.
3. “Sapiens: A Brief History of Humankind” karya Yuval Noah Harari
“Sapiens: A Brief History of Humankind” adalah sebuah novel non fiksi karya Yuval Noah Harari yang diterbitkan pada tahun 2014.
Novel ini mengisahkan sejarah manusia dari awal mula kemunculannya hingga masa kini, termasuk evolusi manusia, perkembangan kebudayaan dan agama, serta kemajuan teknologi.
Dalam novel ini, Harari mengeksplorasi berbagai teori dan fakta ilmiah untuk menjelaskan mengapa manusia menjadi makhluk yang paling dominan di planet ini, dan bagaimana kita dapat memahami dan mengelola masa depan kita sebagai spesies.
Ia juga membahas dampak revolusi-agrikultur dan revolusi-industri dalam mengubah kehidupan manusia, serta implikasi dari teknologi modern seperti kecerdasan buatan dan genetika.
“Sapiens: A Brief History of Humankind” menjadi buku laris dan meraih banyak penghargaan, serta menjadi bahan diskusi dan kritik di berbagai kalangan.
Karya ini memberikan wawasan yang luas dan mendalam tentang sejarah manusia dan pertanyaan yang sering ditanyakan oleh manusia tentang arti hidup dan masa depan kita sebagai spesies.
4. “The Boys in the Boat” karya Daniel James Brown
“The Boys in the Boat” adalah sebuah novel non fiksi karya Daniel James Brown yang diterbitkan pada tahun 2013.
Novel ini mengisahkan kisah nyata tim dayung dari University of Washington yang berkompetisi di Olimpiade Musim Panas 1936 yang diadakan di Berlin, Jerman.
Dalam novel ini, Brown menelusuri perjalanan para anggota tim dayung University of Washington, termasuk Joe Rantz, seorang pemuda dari keluarga miskin yang memiliki masa lalu yang sulit.
Brown juga menjelaskan tentang perjuangan tim dayung tersebut dalam menghadapi tantangan mental dan fisik yang berat saat mempersiapkan diri untuk Olimpiade.
“The Boys in the Boat” memberikan pandangan yang mendalam tentang sejarah Olimpiade Musim Panas 1936 di Jerman Nazi dan pengaruh politik dan sosial pada kompetisi.
Novel ini juga menyoroti pentingnya kerja tim, kegigihan, dan ketekunan dalam meraih kesuksesan.
Karya ini menjadi buku laris dan meraih banyak penghargaan, serta menjadi inspirasi bagi banyak orang dalam menghadapi tantangan dan mencapai kesuksesan dalam hidup.
5. “Becoming” karya Michelle Obama
“Becoming” adalah sebuah novel non fiksi karya Michelle Obama yang diterbitkan pada tahun 2018.
Novel ini merupakan kisah autobiografi Obama yang membahas perjalanan hidupnya dari masa kecil hingga menjadi Ibu Negara Amerika Serikat selama delapan tahun masa jabatan Presiden Barack Obama.
Dalam novel ini, Obama mengeksplorasi tantangan dan kesulitan yang dihadapinya dalam perjalanan hidupnya, termasuk pengalaman masa kecilnya di Chicago dan bagaimana ia berhasil melampaui keterbatasan dan membangun karirnya sebagai seorang pengacara dan aktivis sosial.
Obama juga membahas tentang peran dan pengalaman sebagai Ibu Negara, serta peran yang dimainkannya dalam mempromosikan isu-isu kesehatan dan pendidikan.
“Becoming” menjadi buku laris dan meraih banyak penghargaan, serta memberikan pandangan yang sangat pribadi dan inspiratif tentang kehidupan Michelle Obama.
Novel ini juga memberikan inspirasi bagi banyak orang dalam mengejar cita-cita dan menghadapi tantangan dalam hidup.
6. “Bad Blood: Secrets and Lies in a Silicon Valley Startup” karya John Carreyrou
“Bad Blood: Secrets and Lies in a Silicon Valley Startup” adalah sebuah novel non fiksi karya John Carreyrou yang diterbitkan pada tahun 2018.
Novel ini mengisahkan kisah nyata tentang kebohongan dan penipuan yang terjadi di dalam perusahaan medis bernama Theranos, yang dipimpin oleh Elizabeth Holmes, seorang CEO muda dan ambisius.
Dalam novel ini, Carreyrou mengeksplorasi bagaimana Holmes dan timnya melakukan kebohongan besar dengan menipu investor, karyawan, dan pelanggan mereka tentang teknologi inovatif yang dikembangkan oleh perusahaan tersebut.
Carreyrou menggambarkan detail-detail kebohongan yang dilakukan oleh Holmes, termasuk tentang keakuratan tes darah dan penggunaan teknologi yang sebenarnya belum tersedia.
“Bad Blood” menjadi buku terlaris dan meraih banyak penghargaan, serta memberikan pandangan mendalam tentang dunia startup di Silicon Valley, serta risiko yang terkait dengan investasi dalam teknologi yang belum teruji dan tidak terbukti.
Karya ini juga menjadi pengingat tentang pentingnya integritas, transparansi, dan etika dalam berbisnis.
7. “The Devil in the White City” karya Erik Larson
“The Devil in the White City” adalah sebuah novel non fiksi karya Erik Larson yang diterbitkan pada tahun 2003.
Novel ini mengisahkan dua kisah paralel yang berlangsung selama World’s Columbian Exposition, sebuah pameran dunia yang diadakan di Chicago pada tahun 1893.
Pertama, Larson membahas kisah tentang arsitek Daniel Burnham, yang bertanggung jawab atas perencanaan dan pembangunan pameran dunia tersebut.
Kedua, Larson juga mengikuti kisah tentang H. H. Holmes, seorang pembunuh berantai yang membunuh korban-korbannya di sebuah hotel yang ia dirikan di dekat pameran dunia tersebut.
Dalam novel ini, Larson menggabungkan kedua kisah tersebut secara efektif, sehingga membentuk sebuah narasi yang menarik dan penuh intrik.
Larson membahas detail-detail tentang pembangunan pameran dunia, termasuk tantangan yang dihadapi Burnham dan timnya dalam membangun bangunan-bangunan yang spektakuler.
Di sisi lain, Larson juga mengeksplorasi pikiran dan tindakan dari Holmes, seorang psikopat yang sangat manipulatif dan licik.
“The Devil in the White City” menjadi buku terlaris dan meraih banyak penghargaan, serta memberikan pandangan yang sangat menarik tentang Chicago pada akhir abad ke-19.
Karya ini juga menjadi pengingat tentang betapa pentingnya kewaspadaan dan kehati-hatian dalam bertindak, dan mengajarkan pembaca untuk memeriksa ketidakjujuran dan kecurangan di balik kemewahan dan kilauan di dunia modern.
8. “Just Mercy: A Story of Justice and Redemption” karya Bryan Stevenson
“Just Mercy: A Story of Justice and Redemption” adalah sebuah novel non fiksi karya Bryan Stevenson yang diterbitkan pada tahun 2014.
Novel ini mengisahkan kisah Stevenson sendiri sebagai seorang pengacara kulit hitam yang berjuang untuk membela hak-hak orang yang salah dituduh atau tidak adil diperlakukan oleh sistem keadilan pidana di Amerika Serikat.
Dalam novel ini, Stevenson mengeksplorasi kasus-kasus yang ia tangani selama karirnya sebagai pengacara, termasuk kasus-kasus yang melibatkan orang yang dijatuhi hukuman mati meskipun bukti-bukti tidak memadai atau diperoleh secara tidak adil.
Salah satu kasus yang dijelaskan dalam novel ini adalah kasus Walter McMillian, seorang pria kulit hitam yang salah dituduh dan dijatuhi hukuman mati atas pembunuhan yang ia tidak lakukan.
Stevenson menggambarkan detail-detail kasus tersebut, serta tantangan dan perjuangannya untuk membela hak-hak kliennya.
Dia juga membahas secara luas masalah rasisme dan diskriminasi dalam sistem keadilan pidana, serta perlunya perubahan dan reformasi.
“Just Mercy” menjadi buku terlaris dan meraih banyak penghargaan, serta menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk terlibat dalam perjuangan untuk keadilan dan kesetaraan.
Karya ini juga mengingatkan kita tentang pentingnya memerangi ketidakadilan dan ketidaksetaraan, serta pentingnya memperjuangkan hak-hak individu yang telah dianiaya oleh sistem keadilan yang tidak adil.
9. “The Warmth of Other Suns: The Epic Story of America’s Great Migration” karya Isabel Wilkerson
“The Warmth of Other Suns: The Epic Story of America’s Great Migration” adalah sebuah novel non-fiksi karya Isabel Wilkerson yang diterbitkan pada tahun 2010.
Novel ini mengisahkan tentang kehidupan para migran kulit hitam dari Selatan Amerika Serikat yang pindah ke Utara dan Barat pada abad ke-20.
Wilkerson memaparkan kisah tiga orang migran kulit hitam yang berasal dari tiga negara bagian yang berbeda di Selatan Amerika Serikat, yakni Florida, Georgia, dan Mississippi. Mereka adalah Ida Mae Gladney, George Swanson Starling, dan Robert Joseph Pershing Foster.
Wilkerson menelusuri perjalanan hidup mereka mulai dari bagaimana mereka memutuskan untuk pindah hingga bagaimana mereka menyesuaikan diri dengan kehidupan baru mereka di tempat tujuan.
Dalam novel ini, Wilkerson membahas secara mendalam tentang kehidupan para migran kulit hitam di Selatan, termasuk diskriminasi, penindasan, dan ketidakadilan yang mereka alami.
Dia juga mengeksplorasi dampak migrasi besar-besaran ini pada kehidupan sosial, politik, dan ekonomi di Utara dan Barat Amerika Serikat.
“The Warmth of Other Suns” meraih banyak penghargaan, dan menjadi salah satu buku non-fiksi terlaris di Amerika Serikat.
Karya ini memberikan perspektif baru tentang sejarah migrasi kulit hitam di Amerika Serikat dan pentingnya penghargaan terhadap perjuangan mereka untuk mendapatkan hak yang sama dan kesetaraan dalam masyarakat.
10. “The New Jim Crow: Mass Incarceration in the Age of Colorblindness” karya Michelle Alexander
“The New Jim Crow: Mass Incarceration in the Age of Colorblindness” adalah novel non-fiksi karya Michelle Alexander yang pertama kali diterbitkan pada tahun 2010.
Novel ini membahas tentang sistem peradilan pidana di Amerika Serikat dan bagaimana sistem ini berkontribusi pada diskriminasi rasial terhadap orang kulit hitam.
Alexander menjelaskan bahwa sistem peradilan pidana di Amerika Serikat telah menjadi “Jim Crow baru”, yang mana Jim Crow sendiri merujuk pada sistem pemisahan rasial yang ada pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20.
Menurut Alexander, sistem ini bertujuan untuk menjaga sistem kebijakan yang diskriminatif dengan cara yang lebih terselubung.
Alexander menunjukkan bagaimana undang-undang yang dibuat oleh pemerintah Amerika Serikat, seperti undang-undang narkotika, secara sistematis menargetkan orang kulit hitam, meskipun pengguna narkoba kulit putih lebih banyak.
Dia juga mengungkapkan bagaimana tindakan-tindakan seperti profiling rasial, pengadilan yang tidak adil, dan penahanan yang tidak manusiawi telah menciptakan kondisi di mana banyak orang kulit hitam terjebak dalam sistem peradilan pidana dan tidak dapat keluar.
“The New Jim Crow” telah menjadi buku panduan penting dalam gerakan hak sipil di Amerika Serikat.
Buku ini memberikan pandangan baru tentang sistem peradilan pidana di Amerika Serikat, serta memberikan solusi untuk mengubah sistem ini agar lebih adil bagi semua orang.
Penutup
Artikel non fiksi dapat memberikan wawasan yang luas dan mendalam tentang suatu topik, baik itu sejarah, politik, budaya, atau ilmu pengetahuan.
Melalui penelitian dan analisis yang teliti, penulis non fiksi dapat memberikan informasi yang berharga bagi pembaca untuk memahami dunia di sekitar kita.
Oleh karena itu, artikel non fiksi dapat menjadi sumber pengetahuan yang sangat berharga bagi siapa saja yang ingin memperluas pengetahuan dan memperdalam pemahaman mereka tentang dunia.