Kalimantan Tengah adalah salah satu provinsi yang berada di Pulau Kalimantan dan ibukotanya yaitu Palangkaraya. Dimana wilayah ini juga banyak sekali tempat yang dapat dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata pilihan.
Salah satunya yaitu museum Balanga, museum ini terletak di kota Palangkaraya atau pada Jalan Tjilik Riwut, sekitar 2,5 km dari Bundaran Besar.
Nah, kenapa daerah tersebut dapat dijadikan sebagai destinasi wisata? Karena daerah tersebut menyimpan benda-benda yang bersejarah, diantaranya yaitu senjata tradisional Kalimantan Tengah. Yuk langsung saja simak penjelasan dibawah ini!
Nama-nama Senjata Tradisional Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah masih memiliki senjata tradisional yang masih eksis dan juga masih dipakai sampai sekarang ini. Berikut ini adalah beberapa macam-macam senjata tradisional Kalimantan Tengah beserta penjelasan dan gambar lengkapnya!
1. Senjata Tradisional Kalimantan Tengah Mandau
Mandau sendiri berasal dari bahasa Dayak Kalimantan yaitu “MAN” adalah singkatan dari kata “DOHONG” yaitu pisau belati yang berasal dari daerah Kalimantan Tengah. Yang secara harfiah memiliki makna “Makan Dohong”.
Maknanya yaitu karena sejak senjata mandau menjadi populer di kalangan masyarakat Kalimantan Tengah, dohong yang merupakan senjata pisau terawal milik Dayak Ngaju kalteng menjadi kalah populer atau sudah tergerus oleh mandau.
Mandau atau mandau merupakan senjata khas yang berasal dari Kalimantan, atau lebih tepatnya berasal dari suku Dayak.
Mandau atau mandau adalah senjata tajam mirip parang dengan ukuran panjang kurang lebih ½ meter.
Mandau sendiri memang hampir sama dengan parang, akan tetapi tentunya mempunyai perbedaan, Mandau mempunyai ukiran-ukiran pada bagian bilahnya yang tidak tajam.
Kerap juga senjata ini di tambah lubang-lubang yang di tutup dengan kuningan atau tembaga yang bermaksud untuk memperindah bilah Mandau.
Mandau ini sendiri terdiri dari dua macam jenis, yaitu:
1. Mandau tampilan biasanya, Mandau versi tampilan dipakai untuk perang dan juga upacara.
2. Sedangkan Mandau biasa, dipakai untuk keperluan sehari-hari.
Ciri Khas Mandau
Mandau adalah salah satu benda yang sangat disakralkan dan juga disucikan oleh masyarakat Dayak Kalimantan. Oleh sebab itu, setiap ada acara adat Dayak tentu dilengkapi dengan Mandau.
Pasalnya, untuk masyarakat Dayak, Mandau memiliki karakteristik yang bersumber dari harmonisasi alam dengan masyarakat Dayak. Dari situlah awal mula kekuatan mistik dari Mandau muncul.
Masyarakat Indonesia biasanya mengenal senjata ini dengan nama Mandau. Akan tetapi, untuk masyarakat Dayak sebutan untuk benda ini bisa bermacam-macam.
Terdapat lima kelompok suku Dayak dengan penyebutan yang berbeda-beda, diantaranya:
1. Suku Dayak Tanjung menyebutnya Dong
2. Suku Dayak Benuaq menyebutnya Ekeq
3. Suku Dayak Bahau menyebut Edog/Baliuu
4. Suku Dayak Benuaq menyebutnya dengan Loboq
Adapun ciri-ciri dari Mandau bisa Anda lihat dari tiga bagian pokok, yaitu:
1. Isin/Loneng
Selalu dibuat dari logam campuran (besi purut) dan juga diolah dengan tempaan seorang pandai besi. Umumnya Mandau ini dibuat dari bijih besi dengan panjang ideal sekitar 50 cm, lebar pangkal 2 cm dan juga lebar ujung sekitar 5 cm dengan berat 335 gram.
Isin/loneng ini terdiri dari dua sisi utama, pada bagian punggung yang tumpul dan bagian bawah yang tajam. Isin semakin ke ujung akan semakin lebar dan juga pada pangkalnya dipasangi Pulang atau ukiran indah.
Permukaan dari Isin dihiasi mantaq yakni lubang-lubang yang diisi dengan berbagai jenis logam, seperti kuningan, tembaga, emas dan perak. Mandau juga selalu dilengkapi dengan Langgei Puai atau pisau (anak Mandau).
2. Pulang/Hulu
Biasanya pulang atau hulu ini dibuat dari tanduk rusa atau tanduk kerbau, namun ditemukan juga ada yang terbuat dari jenis kayu pilihan. Ciri unik dari Pulang atau Hulu ini menyerupai bentuk paruh burung atau bentuk kepala naga.
Dimana pada pangkalnya dihiasi ukiran motif Dayak sesuai dengan suku pemiliknya. Ujung dari palang atau hulu Mandau yang menyatu dengan pangkal Mandau dihiasi cincin yang disebut dengan komang/sopak. Pulang juga dihiasi rambut manusia yang disebut dengan takan.
3. Sarukng
Sarukng ini berfungsi untuk melindungi bilah dan juga mempermudah untuk dibawa kemana-mana. Sarukng atau kumpang ini terbuat dari bahan kayu, yang dihiasi dengan ukiran. Kumpang dihiasi dengan anyaman rotan yang biasa disebut dengan tempuser undang atau pusat belanak.
Selain itu, kumpang terikat pula semacam kantong yang terbuat dari kulit kayu atau pelepah pinang sebagai sarukng dari anak Mandau tersebut.
2. Senjata Tradisional Sumpit Kalimantan Tengah
Sumpit atau dalam bahasa Kalimantan Tengah biasa disebut dengan Sipet ini adalah senjata tradisional yang digunakan untuk sebuah pertempuran, berburu, sampai sebagai senjata pembunuh secara diam-diam. Jika disepertikan yakni seperti sniper akan tetapi versi tradisionalnya.
Cara memakai senjata ini adalah dengan cara ditiup. Layaknya sebuah sniper, sumpit ini bisa dipakai sebagai senjata jarak jauh dan juga mempunyai akurasi tembak mencapai 200 meter.
Sumpit yang terdiri dari tabung bambu dan kayu yang panjangnya kurang lebih 1-3 m, dilengkapi dengan anak sumpit sebagai peluru yang berbentuk bulat dengan diameter kira-kira 1 cm.
Anak sumpit atau damek ini biasanya terbuat dari bambu yang salah satunya berbentuk kerucut dan juga terbuat dai kayu yang memiliki massa ringan yang berfungsi agar anak sumpit bisa melesat dengan lurus sebagai penyeimbang saat lepas ditiupkan pada buluh.
Sedangkan pada ujung lainnya berbentuk runcing dan diberikan racun yang mematikan untuk berburu binatang buruan.
Racunnya juga terbuat dari getah tumbuh-tumbuhan hutan yang sampai saat ini belum ada penawarnya. Salah satu senjata tradisional yang menyeramkan.
Senjata yang cara kerjanya ditiup, untuk dapat menentukan sejauh mana jarak anak sumpit tersebut melesat, ditentukan dengan seberapa kuat tidaknya nafas pada saat ditiupkan.
Mungkin jika Anda meniupnya (pemula) hanya akan melesat 1 meter saja. Mau mencoba menggunakan senjata tradisional ini. Siapkan nafas yang kuat ya!
Sejarah Sumpit
Banyak masyarakat adat yang mempunyai senjata tradisional sumpit seperti di suku Dayak Indonesia dan suku pribumi yang ada di Amerika Selatan.
Sumpit umumnya berbentuk tabung yang memungkinkan panah kecil yang akan ditembakkan melesat ke sasaran.
Di negara Jepang, sumpit disebut dengan fukiya, fukiya ini dipakai samurai sebagai senjata untuk mematikan musuh yang anak sumpitnya diracun dengan racun dari ikan buntal.
Pada zaman penjajah di daerah Kalimantan, serdadu Belanda bersenjatakan senapan dengan teknologi mutakhir pada masanya, sementara itu untuk prajurit Dayak biasanya hanya mengandalkan sumpit.
Akan tetapi, serdadu Belanda ternyata jauh lebih takut terkena anak sumpit ketimbang prajurit Dayak diterjang peluru. Yang membuat pihak penjajah gentar yaitu anak sumpit yang beracun.
Sebelum berangkat ke medan perang, para prajurit Dayak mengolesi mata anak sumpit dengan getah pohon ipuh atau pohon iren. Dalam kesenyapan, prajurit akan beraksi melepaskan anak sumpit yang disebut dengan damek.
Proses Pembuatan Sumpit
Didalam proses pembuatan sumpit atau sipet ini dilakukan dengan dua cara, diantaranya:
1. Keterampilan tangan dari sang pembuat.
2. Memakai tenaga dari alam dengan cara memanfaatkan kekuatan arus air riam yang dibuat menjadi semacam kincir penumbuk padi.
Harga jual dari sumpit atau sipet ini ditentukan oleh hukum adat, yakni sebesar jipen ije atau due halamaung taheta.
Menurut kepercayaan suku Dayak, sumpit atau sipet ini tidak boleh dipakai untuk membunuh sesama. Sumpit atau sipet hanya bisa dipakai untuk keperluan sehari-hari, misalnya berburu.
Sipet ini tidak boleh digunakan atau pantang diinjak-injak apalagi dipotong dengan menggunakan parang sebab jika hal ini dilakukan artinya akan melanggar hukum adat, yang bisa mengakibatkan pelakunya akan dituntut dalam rapat adat.
3. Senjata Tradisional Duhung Kalimantan Tengah
Duhung adalah senjata tradisional suku Dayak, konon senjata ini diyakini adalah senjata tertua dari suku Dayak.
Pemilik awal dari senjata ini juga memang tidak sembarang orang, hanya saja raja-raja dan juga leluhur orang Dayak. Seperti Raja Sangiang, Raja Sangen dan Raja Bunu.
Di dalam perkembangannya, pada saat ini duhung tidak lagi berfungsi dan juga dipakai sebagai senjata, akan tetapi dijadikan sebagai benda pusaka yang dipajang dan juga disimpan.
Mitos Senjata Duhung
Selama ini, mungkin masyarakat kita lebih mengenal senjata Mandau dan parang sebagai senjata tradisional yang dimiliki oleh suku Dayak.
Padahal , suku yang sekarang mendiami daerah pesisir Pulau Kalimantan ini mempunyai satu lagi senjata tradisional yakni senjata duhung.
Masyarakat Dayak meyakini duhung sudah tercipta ketika manusia belum ada di dunia. Duhung adalah senjata yang diciptakan oleh para leluhur suku Dayak di dalam atas kayangan.
Manusia pertama yang mempunyai duhung yaitu mereka yang diyakini sebagai leluhur dari suku Dayak.
Pada awalnya, hanya saja ada tiga orang yang mempunyai duhung, yakni Raja Sangen, Raja Bunu dan Raja Sangiang.
Sementara itu, duhung milik dari Raja Bunu terbuat dari besi yang tidak dapat mengapung. Duhung jenis ini umumnya disebut dengan senaman leteng.
Raja Bunu ini yang dipercayai sebagai manusia yang bernyawa dan bisa mati dan dipercayai sebagai salah satu leluhur dan nenek moyang suku Dayak.
Senjata yang ukurannya 50-75 cm ini dahulu dipakai sebagai alat berburu atau bercocok tanam. Dalam perkembangannya, pada saat ini duhung tidak lagi berguna sebagai senjata tetapi sebagai benda pusaka yang dipajang atau disimpan.
Menurut para tertua suku Dayak, pembuatan dari duhung harus selesai pada hitungan ganjil. Hal ini berdasarkan kepercayaan bahwa segala hal akan diselesaikan atau digenapkan oleh Sang Maha Kuasa.
4. Senjata Tradisional Kancip Kalimantan Tengah
Kancip adalah senjata tradisional Kalimantan Tengah yang umumnya dipakai sebagai alat pemotong dari buah pinang.
Kancip ini sendiri adalah senjata berupa alat pemotong yang mempunyai bentuk sejenis gunting atau sebagai pelengkap sirih pinang.
5. Senjata Tradisional Talawang Kalimantan Tengah
Talawang adalah senjata tradisional Kalimantan Tengah, umumnya masyarakat akan memakai talawang sebagai alat bantu pertahanan atau juga dipakai untuk melindungi diri.
Talawang ini disebut dengan tameng atau perisai untuk berperang. Senjata ini juga memiliki ukiran yang sangat menawan dan juga eksotis.
Talawang ini terbuat dari kayu ulin atau besi, akan tetapi ada juga yang terbuat dari kayu liat. Kenapa kayu jenis ini yang dipilih? Hal ini disebabkan kayu tersebut memiliki masa yang cukup ringan dan kuat bahkan bisa sampai ratusan tahun.
Talawang ini memiliki bentuk persegi panjang dengan bagian atas dan juga bawah dibuat dengan runcing.
Pada umumnya talawang memiliki panjang sekitar 1 sampai 2 meter, dengan memiliki lebar maksimal yaitu sekitar 50 cm. bagian dari senjata ini dilengkapi dengan pegangan untuk memudahkan mobilitas.
Penutup
Itulah sedikit penjelasan tentang Senjata Tradisional Kalimantan Tengan, dimana masing-masing dari senjata tentu memiliki fungsi dan keunikan masing-masing.
Semoga dengan adanya artikel ini bisa bermanfaat dan juga menambah wawasan dari para pembaca semuanya. Semoga dapat dipahami dengan baik tentang Senjata Tradisional Kalimantan Tengah! Sekian dan Terima kasih.